Pencarian
Bahasa Indonesia
  • English
  • 正體中文
  • 简体中文
  • Deutsch
  • Español
  • Français
  • Magyar
  • 日本語
  • 한국어
  • Монгол хэл
  • Âu Lạc
  • български
  • Bahasa Melayu
  • فارسی
  • Português
  • Română
  • Bahasa Indonesia
  • ไทย
  • العربية
  • Čeština
  • ਪੰਜਾਬੀ
  • Русский
  • తెలుగు లిపి
  • हिन्दी
  • Polski
  • Italiano
  • Wikang Tagalog
  • Українська Мова
  • Lainnya
  • English
  • 正體中文
  • 简体中文
  • Deutsch
  • Español
  • Français
  • Magyar
  • 日本語
  • 한국어
  • Монгол хэл
  • Âu Lạc
  • български
  • Bahasa Melayu
  • فارسی
  • Português
  • Română
  • Bahasa Indonesia
  • ไทย
  • العربية
  • Čeština
  • ਪੰਜਾਬੀ
  • Русский
  • తెలుగు లిపి
  • हिन्दी
  • Polski
  • Italiano
  • Wikang Tagalog
  • Українська Мова
  • Lainnya
Judul
Naskah
Berikutnya
 

Lagu, Komposisi, Puisi dan Pertunjukan dari Maha Guru Ching Hai (vegan), Bagian 25 dari Banyak Seri

Details
Unduh Docx
Baca Lebih Lajut
Hutan bambu hijau, permukaan danau yang dingin dan sunyi, bulan yang sepi, awan yang mengepul: semua ini membangkitkan sentimen tentang jiwa Asia, yang penuh dengan keajaiban dan kehangatan. “Angin bermain melalui ranting-ranting pohon Dalam irama, rumpun bambu muda menari Angin telah pergi, takkan pernah kembali Langit biru, awan baik dan lembut” Dengan cara yang lembut itu, dalam ketenangan yang mendalam itu, tercium aroma dan gambaran Zen, dari hati yang sangat indah.

Angin bermain melalui ranting-ranting. Dalam irama, rumpun bambu muda menari Angin telah pergi, takkan pernah kembali Langit biru, awan baik dan lembut

Seekor angsa terbang di tepi danau musim gugur Air sebening kristal, tenang bagaikan mimpi Bulan tergantung tinggi di atas sana Bayangan angsa menghilang di hamparan Angin telah bebas selama ribuan tahun Hutan bambu berdiri diam Danau kristal tak menyimpan bayangan Sekali berlalu, angsa takkan pernah kembali lagi

Aduh, begitu gelisahnya senja Begitu agungnya jiwa Asia Selama seribu tahun, seribu tahun lagi Bagai sutra sulaman yang berharga.

Việt Nam, Việt Nam, suara yang kudengar ketika aku datang ke dunia ini Việt Nam, dua kata di bibirku Việt Nam, negaraku.

Việt Nam namanya Việt Nam, dua kata terakhir yang kuucapkan saat aku membelah Bumi ini Việt Nam, inilah tanah yang indah. Việt Nam menghadirkan sungai-sungai dan gunung-gunung, kebebasan abadi, keadilan, dan kasih sayang.

Việt Nam tidak menuntut tulang dan darah Việt Nam serukan kasih sayang persaudaraan Việt Nam membangun perdamaian dan kebahagiaan abadi Việt Nam, dalam perjalanan menuju masa depan, api suci menerangi dunia Việt Nam bersumpah untuk menegakkan dunia.

Cinta adalah senjatanya Cinta dikembalikan ke puluhan ribu tempat Việt Nam, suara yang menumbuhkan cinta antar umat manusia Việt Nam, Việt Nam Việt Nam, tanah airku bersinar cemerlang Việt Nam, Việt Nam, Việt Nam selamanya.

“Kecantikan sering kali bernasib buruk; Rambut seorang penyair memutih sebelum rambut orang lain! Sejak jaman dahulu kala, orang-orang cantik dan berbakat sering kali harus tanggung banyak kesusahan dan salah penilaian. Begitu pula para penyair dan orang suci, karena kebanyakan orang duniawi tidak mampu mengenali keanggunan dan kebaikan batin dari jiwa yang sangat berkembang. “Aduh! Aduh! Di altar Buddha, aku menyalakan dupa harum Sebagai penghormatan Berdoa kepada Buddha Amitabha Untuk membawa mereka yang baik hati ke Tanah Barat...”

Di negeri asing, aku bertemu denganmu beberapa tahun lalu. Jubah biarawati Anda, warnanya coklat pudar, Baik kehidupan duniawi maupun pelepasan keduniawian yang tidak pasti. Terlahir dengan kepribadian keras kepala, Dalam wujud perempuan, kau hadapi kontroversi.

Saya membaca syair lama itu dengan rasa nostalgia – Baris yang ceria di sini, baris yang penuh keluh kesah di sana. Tiap kalimat yang dipoles Tetap dengan tenang mencerminkan keanggunan dan keelokanmu. Saat kau meninggal, siapa yang menangis dan siapa yang bersukacita? Kepada siapa Anda bisa jelaskan kesalahan penilaian dan kekacauan tersebut? Berdoalah kepada Tiga Permata di alam baka, Semoga Jiwa yang Tercerahkan diselamatkan dari dunia kesedihan!

Kecantikan sering kali bernasib buruk; Rambut seorang penyair memutih sebelum rambut orang lain! Aduhai! Aduhai! Di altar Buddha, aku menyalakan dupa harum Sebagai penghormatan Berdoa kepada Buddha Amitabha Untuk membawa mereka yang baik hati ke Tanah Barat... Namo Buddha (Guru Tercerahkan) Namo Dharma (Ajaran Kebenaran) Namo Sangha (Majelis Suci) Namo Quan Yin Bodhisattva Mahasattva! Untuk membawa orang-orang baik hati ke Tanah Barat...

Ketika cinta masih muda, dunia tampak berwarna merah muda; bulan-bulan dan hari-hari penuh dengan mimpi dan bunga-bunga, kata-kata bagai musik, dan di alam duniawi ini tampaknya hanya ada dua hati yang gembira di bawah langit diterangi bulan penuh dengan bintang-bintang yang indah.

Jika cinta tak ada lagi Itu akan menjadi alam Kematian. Itu akan menjadi wilayah Kematian. Semangat kita akan terasa begitu terkuras, Tanpa tahu harus ke mana. Tanpa tujuan untuk berpaling.

Sayangku, teruskan mimpi indah ini, Polos seperti masa kecil kita. Mari kita berbisik lembut, Dengan kata-kata semerbak seperti anggrek.

Tak ada lagi momen perpisahan Di sore hari di taman. Hanya bisikan cinta kita Dan tanganmu yang menghangatkan tanganku, Seolah semua yang telah berlalu Menjadi satu dengan hari ini – Sebuah lagu pengantar tidur abadi.

Bersama-sama, kita akan melakukan perjalanan ke Surga yang indah. Bersama-sama, kita akan terpesona selamanya...
Tonton Lebih Banyak
Semua bagian  (25/27)
Bagikan
Bagikan ke
Lampirkan
Mulai pada
Unduh
Mobile
Mobile
iPhone
Android
Tonton di peramban seluler
GO
GO
Prompt
OK
Aplikasi
Pindai kode QR, atau pilih sistem telepon yang tepat untuk mengunduh
iPhone
Android